Thursday, December 30, 2010

Sebenarnya Cinta itu?

Tentang Cinta??
saya ingin menulis tentang CINTA
saya tak pernah gamblang soal ini?, bagi saya mencintai sama dengan sebuah aib? well salah pastinya! tapi begtulah rasa, saya tak bisa menghapusnya, tiap kali jatuh cinta saya selalu menyembunyikan nya rapat, bagi saya sebuah kesia-siaan jika mencintai dan di akhirnya saya pun tetap sendiri, sendiri karena memang saya hanya diam, tak bertindak banyak bahkan tak ada, saya hanya berani menatap sesudah itu membiarkan nya berlalu, membiarkan rasa cinta itu tergerus waktu, hilang tak bersisa karena berganti cinta baru yang akhirnya pun kan sama, DIAM

Saya tak mau berspekulasi tentang pendapat orang mengenai diri saya tentang "Kenapa sampai saat ini saya belum punya pacar?" jahatnya mungkin karena banyak alasan saya sering berpendapat kalau tak penting punya pacar?, tak penting bersuami karena Allhamdulilah saya sudah mendapatkan pekerjaan, bisa menghidupi diri saya dan Insyaallah keluarga saya nantinya, apa lagi gunanya bersuami? toh saya juga tak suka dengan anak-anak, saya tak perlu di repotkan oleh mereka nantinya kalau tidak bersuami ?. Sebelum mencibir pendapat saya ada baiknya saya menuliskanalasan dari pernyataan saya (YANG SOMBONG) di atas :

-banyak contoh yang sangat tidak baik yang di tunjukan oleh laki-laki di kehidupan saya selama ini, menyakiti perempuan itu membuat saya muak, jijik, dan membenci mereka (salah satu alasan sebenar-benarnya saya memilih judul "kekerasan terhadap perempuan" pada skripsi saya)
- saya bisa merasakan keegoisan laki-laki saat mendengarkan cerita teman-teman saya tentang pacar-pacar mereka, saya berpikir buat apa pacaran kalau selalu tersiksa, sakit hati, dan menangis, toh mereka tak cukup Whort it untuk di tangisi
- pengalaman pribadi yang menyakitkan, tak usah saya share di sini karena biarlah ini menjadi rahasia saya dan Allah, dan semoga saya bisa memaafkan...
- contoh-contoh perlakuan lelaki yang ada di sekeliling saya (bahkan orang terdekat) yang tidak saya sukai

banyak contoh lain, tak usah saya sebutkan saya tak mau menjadi provokator
sebenarnya saya tak membenci laki-laki apalagi sampai merubah orientasi seksual, saya hanya tak suka pada sikap dan sifat mereka bahwa sebenarnya saya pun punya banyak kekurangan yang membuat saya jomblo sampai sekarang, saya mengerti kenapa tak ada seorang pun buat saya?
saya berusaha menepis kecewa itu dengan berpikiir "Walaupun tak ada"Seseorang" , saya masih bisa hidup, masih banyak orang yang menyayangi saya dan saya sayangi, saya masih optimis untuk meraih impian saya, saya masih muda (sekarang)" tak perlu minta ijin orang tua saya untuk berpacaran atau memperkenalkan pacar saya dengan mereka, tak perlu pusing memikirkan pacar saya siang malam pagi sore subuh, tak perlu mengeluarkan biaya banyak untuk pesta perkawinan, dll yang memusingkan dari sebuah hubungan (Sok tahu bener)

Mungkin provokasi dari orang tua dan saudar-saudara sudah mendarah daging di tubuh saya " Gak usah pacaran dulu, sampai kerja/selesai kuliah baru pacaran" itu benar-benar saya lakukan, salah satu faktornya, TAK ada yang nembak saya/ menginginkan saya untuk jadi pacarnya dalam kurun waktu itu (SERIUS/ segitu pahitnya LoveLife saya), kalaupun ada yang mendekati pasti saya yang tak suka (serbasalah), satu lagi "Kamu masih kecil belum saatnya" saya masih menganggap saya masih kecil (tak tau diri) sampai sekarang, mungkin kata-kata itu terlalu sering saya dengar, itu makanya saya tidak dewasa, saya merasa belum pantas memiliki hubungan dengan lawan jenis (padahal saya sudah punya ponakan2 yang beranjak dewasa dan siap menyongsong cinta). saya tidak menyalakan keluarga saya, memang pola pikir saya yang salah, seharusnya saya bisa menaggapi nasehat itu lebih bijak, bukan malah men-judge diri sendiri.saya tidak berbuat banyak untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri sehingga kepercayaan itu tak di berikan. sekarang ? sudah.. tapi mereka hanya bertanya"Mana calon nya?" bukan "Kenapa tak ada calon nya?" tak ada yang tau betapa susah nya saya?


saya sampai pada satu titik dimana penantian itu tak penting untuk menjadi perhatian utama di otak saya, biarkanlah waktu yang tentukan saya percaya adanya Allah tak ada yang tak mungkin buat Nya, saya lebih baik tak menyalakan siapapun, karena nasib bukan manusia yang tentukan, toh belum ada paksaan dari orang tua saya untuk menikah (sampai sekarang saya masih bingung kenapa orang tua ingin anaknya menikah?, apa untungnya? pengen cucu? ahh klise)

No comments:

Post a Comment