Menjadi renta bukan lah pilihan, tapi waktu dan takdir yang menggiring ke masa itu, hari ini aku tertegun sedih, saat kerentaan itu senntiasa menyelimuti, aku tak pernah bayangkan hal setua itu, sampai pada kepikunan merajai
Nenek, maafkanlah aku jika banyak banyak salah, pasti aku banyak salah, aku tak mengerti saat nenek sudah mulai ngelantur, omongan nya sudah tak bisa di terima karena tak ada konektivitasnya lagi,
aku marah saat beliau mengatakan hal-hal yang tidak relevan, haahhh mana bandel, marah jika di beri tahu, huuhh pokoknya hal -hal yang tak ku mengerti
pusingg, pelupanya, pikunnya, semua hal yang membuat jenggel, dan hari ini semakin menjadi, kemarahan ku tapi meredam, tak tahu mengapa, mungkin aku sudah mulai memahami bahwa kepikunan nya sudah tak bisa di persalahkan
Nenek, maafkanlah aku jika banyak banyak salah, pasti aku banyak salah, aku tak mengerti saat nenek sudah mulai ngelantur, omongan nya sudah tak bisa di terima karena tak ada konektivitasnya lagi,
aku marah saat beliau mengatakan hal-hal yang tidak relevan, haahhh mana bandel, marah jika di beri tahu, huuhh pokoknya hal -hal yang tak ku mengerti
pusingg, pelupanya, pikunnya, semua hal yang membuat jenggel, dan hari ini semakin menjadi, kemarahan ku tapi meredam, tak tahu mengapa, mungkin aku sudah mulai memahami bahwa kepikunan nya sudah tak bisa di persalahkan

inilah takdir
saat menua dan pikiran masih mengelayuti mungkin kepikunanlah penyakit yang akan datang
di tambah lagi beberapa hari terakhir ini nenek sakit, omonganya makin ngaco, aku takuut.. takut sekali, ngeri mendengarnya mengatakan hal-hal yang tak terjadi seharusnya
melupakan hal -hal yang baru saja terjadi tapi mengingat hal hal yang sudah lampau, saat dirinya masih sehat, bahkan saat masih remaja
mungkin jika tidak melihaat langsung tak kan tahu bagaimana takutnya aku
saat beliau mulai bicara sambil tidur, menyebut satu satu dari anak, cucu, cicit haahh sedihh
nenek hanya ingin di perhatikan itu saja,
nb: aku sempat meneteskan airmata saat nenek minta kerik tadi pagi, meriang katanya, sedih jika ingat saat aku masih anak-anak dan nenek masih sehat, masih bisa menjemputku pulang sekolah di kala hujan
pikun, aku sama sekali tak mengerti tentang penyakit ini secara medis
tapi yang ku tahu eku sudah tak lagi bisa mengingat suatu kejadian secara beruntun, ,masih mengingat masalah-masalah yang sudah lampau, yang tak terselesaikan, yang tak seharusnya di pikirkan dan di selesaikan oleh orang setua itu, pikiran nya tertuju pada satu titik dan selalu di ulang-ulang dalam bentuk percakapan.
coba bayangkan saat dirimu tua, tak lagi sanggup berjalan tegak karena bungkuk, bingung saat anak cucumu mengatakan "nenek sudah pikun"
karena tua dan pikun bukan pilihan tapi takdir
di tambah lagi beberapa hari terakhir ini nenek sakit, omonganya makin ngaco, aku takuut.. takut sekali, ngeri mendengarnya mengatakan hal-hal yang tak terjadi seharusnya
melupakan hal -hal yang baru saja terjadi tapi mengingat hal hal yang sudah lampau, saat dirinya masih sehat, bahkan saat masih remaja
mungkin jika tidak melihaat langsung tak kan tahu bagaimana takutnya aku
saat beliau mulai bicara sambil tidur, menyebut satu satu dari anak, cucu, cicit haahh sedihh
nenek hanya ingin di perhatikan itu saja,
nb: aku sempat meneteskan airmata saat nenek minta kerik tadi pagi, meriang katanya, sedih jika ingat saat aku masih anak-anak dan nenek masih sehat, masih bisa menjemputku pulang sekolah di kala hujan
pikun, aku sama sekali tak mengerti tentang penyakit ini secara medis
tapi yang ku tahu eku sudah tak lagi bisa mengingat suatu kejadian secara beruntun, ,masih mengingat masalah-masalah yang sudah lampau, yang tak terselesaikan, yang tak seharusnya di pikirkan dan di selesaikan oleh orang setua itu, pikiran nya tertuju pada satu titik dan selalu di ulang-ulang dalam bentuk percakapan.
coba bayangkan saat dirimu tua, tak lagi sanggup berjalan tegak karena bungkuk, bingung saat anak cucumu mengatakan "nenek sudah pikun"
karena tua dan pikun bukan pilihan tapi takdir
No comments:
Post a Comment